2 Pemimpin Masyarakat Adat Misak Kolombia berbagi Perencanaan Kehidupan

Ibu Liliana Muelas dari Masyarakat Adat Misak saat memaparkan Plan de Vida atau rencana kehidupan.

Plan de Vida atau rencana kehidupan adalah sebuah pendekatan untuk pembentukan visi, perencanaan dan pengelolaan jangka panjang wilayah adat, yang berakar dari budaya, sejarah, sistem pemerintahan adat dan spiritualitas masyarakat adat di wilayah adat itu.  Pada Sabtu (26/9) lalu di Rumah AMAN Bogor, 2 pemimpin masyarakat adat Misak hadir membagi pengalaman dan pemahaman tentang penerapan Plan de Vida.

AMAN, Samdhana dan LifeMosaic mengundang dua orang pemimpin adat Misak, yakni Bpk. Jeremias Tunubala dan Ibu. Liliana Muelas datang ke Indonesia untuk membagi pengalaman mereka tentang bagaimana orang Misak mengembangkan dan menerapkan Plan de Vida untuk mengurus wilayah adat mereka.

Masyarakat Adat Misak adalah masyarakat adat di Kolombia yang pertama kali mengembangkan dan menerapkan Plan de Vida mereka sejak 30 tahun yang lalu. Pendekatan ini telah bertransformasi di seluruh Amerika Selatan, dan saat ini ratusan komunitas masyarakat adat telah mengembangkan dan menerapkan Plan de Vida untuk mereka sendiri.

“Langkah pertama adalah melawan ratusan tahun penjajahan yang telah merampas wilayah adat serta pemikiran kita, membangkitkan kesadaran kolektif kembali berpikir sebagai masyarakat adat. Tidak saja pemuda-pemudi, juga tetua hingga keluarga” ungkap Liliana.

Gerakan ini bermula pada 1960, dimulai dengan 10 anak muda usia12-15 tahun, mereka berkelompok untuk memperjuangkan identitas adat mereka. Menggagas untuk tidak bergantung dan menentukan nasib sendiri. Mereka memobilisasi orang, tidak hanya dari wilayah adat Misak, tapi gerakan itu menjadi awal untuk semua Masyarakat Adat di Kolombia. Puncak gerakan ini adalah ‘hak Masyarakat Adat diatas hak Negara, kemudian digagas satu Undang-undang yang baru yang membahas wilayah adat.

Terdapat 3 prinsip yang dibahas, pertama bahwa wilayah adat itu selama-lamanya dia tidak ada batas waktu, tidak ada konsesi. Kedua tidak ada negara atau perusahaan yang bisa mengambil wilayah adat baik dalam bentuk jaminan atau secara langsung. Ketiga anggota komunitas adat tidak boleh menjual wilayah adat sedikitpun, termasuk jaminan untuk Bank.

“ Kita menggagas dan mempengaruhi masyarakat adat lainnya untuk terlibat dalam rencana kehidupan ini, tidak saja di Kolumbia juga di beberapa negara Amerika latin seperti Ekuador, Bolivia dan Peru,” tambah Jeremias.

60 tahun proses penyadaran dilakukan dan 30 tahun proses perencanaan sudah dimulai. Setelah penyadaran langkah berikutnya adalah rencana pertumbuhan kehidupan. Ada 4 dimensi dalam perencanaan, yaitu dimensi keruangan (spasial) , roh (spirit) , semua makhluk hidup serta ruang dan waktu (kosmologi)

Web_Plan-de-VidaPlan de Vida bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat adat, dan bisa juga menjadi inspirasi untuk menjembatani agenda-agenda desentralisasi pemerintah, good governance, lingkungan hidup dan memperkuat pengorganisasian masyarakat adat pasca pengakuan wilayah adatnya.

Masyarakat adat terus berjuang mendapatkan kembali dan mengurus wilayah adatnya, serta memastikan wilayah adat tersebut dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Untuk mendukung upaya-upaya tersebut tentu harus ada perencanaan dan pengelolaan wilayah adat secara arif untuk kehidupan yang berkelanjutan dari masyarakat adat yang bersangkutan. Keterlibatan seluruh anggota masyarakat adat secara kolektif menjadi modal penting dalam perencanaan kehidupan untuk mengurus wilayah adatnya.

Salah satu rangkaian dari kunjungan Jeremias dan Liliana ke Indonesia adalah bertemu dan berdiskusi serta berbagi pengalaman tentang Plan de Vida bersama orang-orang kunci yang masih terlibat aktif dalam gerakan sosial, salah satunya gerakan masyarakat adat di Kalimantan Barat. Saat yang sama diluncurkan juga film pendek tentang Plan de Vida dengan judul Wilayah Kehidupan, film dapat diunduh di http://www.lifemosaic.net/ind/tol/more/tentang-wilayah-kehidupan

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours