BPAN dan Pemimpin Muda Masyarakat Adat

Pemuda Adat dalam pada satu sesi kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Pemuda-Pemudi Adat. Foto : BPAN

Dalam konteks gerakan masyarakat adat, pemuda adat memiliki peran strategis menjaga keberlanjutan hidup komunitasnya. Satu situasi ketika konflik hak tenurial dan kriminalisasi sudah akrab antara masyarakat adat Negara dan korporasi, pemuda adat merupakan kelompok yang paling potensial namun juga paling rentan di komunitas masyarakat adat.

Mereka seringkali ter-fragmentasi oleh kepentingan pihak lain yang membuat mereka semakin jauh dari akar identitasnya sebagai masyarakat adat. Terbangun paradigma dikalangan pemuda adat bahwa hal-hal yang berhubungan dengan “adat adalah kuno”.

Realitas yang terus menerus menjadi momok bagi kehidupan masyarakat adat, sekaligus inspirasi dan motivasi gerakan besar pemuda adat di Indonesia untuk mengorganisir diri menjadi satu kekuatan baru dan berjuang bersama–sama demi masa depan masyarakat adat yang lebih baik.

Pada akhir 23-25 Februari 2015 di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) mengadakan pelatihan kepemimpinan untuk pemimpin-pemimpin muda masyarakat adat. Kegiatan ini bertujuan agar pemuda-pemudi adat kembali mengurus wilayah adatnya, menjadi motor penggerak menjaga dan melindungi 
wilayah adat. Menjadi pemuda-pemudi adat yang paham situasi politik, sosial, ekonomi dan budaya yang berdampak pada wilayah-wilayah adatnya.

Sebagai sayap organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sejak 29 Januari 2012, BPAN perlu memposisikan diri dan membuat strategi menghadapi tantangan organisasi kedepan. Pelatihan dengan metode partisipatif ini mengajak peserta dan fasilitator terlibat aktif dan diikat dalam ritual menari tarian adat Dayak Kanayatn (Kalimantan Barat) secara bersama-sama.

Diskusi kelompok, pemutaran film, roel play, warung kopi dan talk show merupakan beberapa motode yang dipraktekkan dalam pelatihan ini. Dalam diskusi kelompok yang difasilitasi Serge Marti, peserta mendiskusikan situasi, kondisi dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia dan mempengaruhi kehidupan masyarakat adat rentang waktu tahun 1980 ke bawah, 1980-1998 dan 1998-2015.

Untuk memupuk motivasi dan berbagi pengalaman, talkshow dalam pelatihan ini menghadirkan 3 narasumber. Narasumber pertama Syukran Amin, menceritakan pengalamannya memimpin 3000-an massa dari 3 Kecamatan untuk demonstrasi di kantor Bupati menuntut pencabutan Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur tentang Meng-ungu-kan seluruh Kabupaten Paser. Aksi demonstrasi tersebut berhasil memaksa Bupati Kab. Paser untuk menandatangani pencabutan Peraturan Bupati tersebut. Narasumber kedua Jhontoni Tarihoran, Bercerita tentang pengalamannya sebagai alumni pelatihan Pemimpin masa depan Generasi Masyarakat Adat yang diselenggarakan oleh AMAN-Samdhana- RRI di Komunitas Sui Utik, Kalimantan Barat, April 2014. Narasumber ketiga Hasnah, Bercerita tentang pengalamannya memastikan pemudi-pemudi adat di salah satu Komunitas adat di Sulawesi Tengah dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan di komunitasnya. Saat ini, Hasnah juga sedang mengurus administrasi untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa.

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours