Suweden Homestay, Satu dari 5 Homestay Terbaik di Indonesia

I Gede Suweden dan para penerima ASEAN AWARD 2017. (Suranadi.or.id)


Raut muka I Gede Suweden tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa harunya. Kehadirannya di Hotel PAN Pacific, Singapura pada 20 Januari 2017 lalu mengukuhkan capaian penting yang dilakukannya bersama Kelompok Ekowisata Suranadi, yang mendapat pengakuan dunia pariwisata sesungguhnya. ‘Suweden Homestay’ yang dikelolanya sejak 2013 lalu itu mendapat penghargaan “ASEAN AWARD 2017 untuk kategori ‘Homestay’ dan ‘Community Based Tourism (CBT)’ tingkat Indonesia.

Penghargaan diterimanya langsung dari Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama 4 pengelola homestay lainnya, yaitu: Homestay Bunga Dieng Kulon – Jawa Tengah, Homestay Adiluhung – Yogyakarta, Homestay Suheri – Jawa Tengah, dan Homestay Teratai 3 Cibuntu Kuningan – Jawa Barat.

Menteri Arief mengatakan tujuan dari penghargaan yang diterima Indonesia adalah sebagai bentuk apreasiasi untuk pariwisata berkualitas yang langsung melibatkan masyarakat. “Nanti akan dibuatkan standar (desa wisata dan homestay) ASEAN,” kata Arief, sebagaimana dikutip dari KompasTravel.

Kelompok Ekowisata Suranadi merupakan kelompok pengelola wisata berbasis masyarakat di Desa Jatiluwih yang sudah diperkenalkan pada tahun 2013. Tahun 2014 dilakukan program penguatan dan pembentukan kelompok dengan melibatkan orang-orang yang memiliki komitment secara sukarela untuk mengembangkan potensi wisata di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Upaya ini untuk memotivasi dan membuktikan bahwa masyarakat lokal mampu menjadi penggiat wisata professional dengan memanfaatkan potensi dan pengetahuan lokal yang mereka miliki. Selain itu, upaya ini untuk mengurangi laju alih fungsi lahan pertanian yang massive menjadi menjadi hotel, restaurant dan perumahan.

Selain Indonesia, negara anggota lainnya juga menerima penghargaan serupa. Adapun negara-negara yang hadir adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Laos, Myanmar, Brunei Darussalam, Filipina, dan Kamboja.

ATF merupakan usaha regional untuk mempromosikan kawasan ASEAN sebagai satu destinasi wisata. Ajang tahunan ini melibatkan semua sektor industri pariwisata dari 10 negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam ditambah negara-negara di Asia yakni China, Jepang, India, dan Korea.

Mengelola Ekowisata Subak

Kemandirian I Gede Suweden sebagai pengelola homestay sejatinya sudah dimulai sejak tahun 90-an. Tujuan awalnya diperuntukan bagi wisatawan yang ingin menginap di Desa Jatiluwih sambil menikmati kesejukan dan keindahan sawah terasering. Peluang inilah yang dimanfaatkan Suweden karena potensi Subak Jatiluwih dianggap “paling cantik” diantara subak lainnya di kawasan Catur Angga Batukau yang sudah ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO.

Sebagai petani subak dan juga penggiat wisata, Suweden memiliki motivasi dan tekad yang kuat untuk memajukan wisata di wilayahnya. Subak dipilih sebagai objek dan daya tarik wisata karena mengandung nilai sosial-ekonomi-religi yang hidup dalam kehidupan masyarakat Bali sejak ratusan tahun. Subak merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Bali yang mengakar sejak jaman dahulu hingga saat ini, wajar jika para ahli mengatakan jika subak hancur maka hancur pula budaya Bali.

Sumber : ditulis dan diolah dari travel.kompas.com, 21 Januari 2017. Suranadi.or.id, 15 Desember 2015

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours