Peserta kegiatan tanam pohon di Kampung Hobong menari bersama selepas mengikuti kegiatan tanam di Bukit Hawe. (SAMDHANA/Tanissa)
Oleh Tanissa Puti Rahmadiva
Kamis, 28 November 2024 lalu, menjadi hari yang penuh makna di Bukit Hawe, Kampung Hobong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Saya yang hadir saat itu merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari kegiatan perayaan Hari Tanam Pohon Nasional dengan menanam 300 pohon bersama berbagai komunitas lokal setempat, termasuk murid-murid SMP dan SMA Sekolah Adat Hobong. Di tengah musim hujan yang membawa harapan, hampir seratus orang berkumpul dengan semangat yang sama. Kehadiran Ketua DPRK Kabupaten Jayapura, Ketua Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, Dinas Kehutanan, serta Kepala Kampung Adat Hobong semakin menegaskan betapa pentingnya kegiatan ini.
Saya mendapati ada dua sosok inspiratif yang menjadi motor kegiatan penanaman, Pak Origenes Monim dan Pak Dedih Sogoi, keduanya bersama Pemuda Hobong telah bekerja keras selama lebih dari empat tahun rutin melakukan penanaman pohon di Bukit Hawe. Masih terngiang pesan yang disampaikan Pak Origenes dalam sambutan sebelum penanaman, “Hari ini kita bukan hanya menanam pohon, tetapi menanam harapan. Harapan agar Bukit Hawe tetap hijau, lestari, dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.”
Masih jelas dalam ingatan, perasaan ketika tangan saya menyentuh tanah lembab itu. Bersama dengan anak-anak muda, para pemimpin daerah, dan tokoh adat, kami menanam satu per satu bibit pohon dengan penuh rasa syukur. Hujan mulai turun perlahan, seolah alam turut merestui upaya ini. Tanah yang lengket di sepatu dan tangan kami justru menjadi pengingat bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan cinta.
Ketika pohon terakhir ditanam, hujan semakin deras. Tetapi alih-alih mencari tempat berteduh, kami semua memilih untuk merayakannya. Tawa dan sorak-sorai memenuhi Bukit Hawe. Saya melihat Pak Origenes, dengan senyum lebar di wajahnya, bergabung dalam tarian tradisional bersama yang lain. Kami menari di tengah hujan, dengan nyanyian spontan yang lahir dari hati yang penuh suka cita. Anak-anak muda berlarian ke arah Danau Sentani, berenang dengan penuh kegembiraan. Rasanya seperti sebuah perayaan alam untuk harapan baru yang ditanam di tanah ini.
Pak Origenes Monim, sebagai inisiator kegiatan pelestarian sumber daya alam, menutup acara dengan kata-kata yang menyentuh hati. “Helem foi!” ucapnya dalam bahasa adat Hobong, yang berarti terima kasih. Ia mengungkapkan rasa syukurnya kepada Samdhana Institute atas dukungannya, serta kepada semua pihak yang telah mengadopsi pohon melalui platform BenihBaik.com. “Bersama, kita telah memulai langkah kecil yang akan membawa perubahan besar untuk alam Papua yang lebih lestari,” tambahnya dengan penuh haru.
Hari itu di Bukit Hawe bukan hanya tentang menanam pohon, tetapi juga tentang menanam nilai kebersamaan, cinta terhadap alam, dan rasa syukur. Hujan membawa berkah, dan tarian suka cita menjadi simbol semangat baru untuk menjaga bumi ini tetap hijau. Saya pulang dengan hati penuh kebahagiaan, membawa kenangan yang akan terus saya ingat sebagai bagian dari perjuangan melestarikan alam Papua.