Pelajar perempuan SMAN 1 Sukasari Kabupaten Purwakarta terlihat antusias mengikuti pelatihan membuat kerajinan anyaman berbahan dasar eceng gondok yang digelar pada kegiatan FUN Weaving class, 19 September 2024. (SAMDHANA/Tanissa)
Oleh Tanissa Puti Rahmadiva
Sebanyak 50 pelajar SMAN 1 Sukasari Kabupaten Purwakarta terlihat antusias mengikuti pelatihan membuat kerajinan anyaman berbahan dasar eceng gondok yang digelar pada kegiatan FUN Weaving class. Suasana riang tergambar dalam setiap proses kegiatan menganyam dengan bimbingan lima perempuan pengrajin dari komunitas Bumi Kreasi Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. FUN Weaving class merupakan agenda Resource Mobilization Samdhana Institute pada 19 September 2024, untuk mendukung program Women Leaders Education.
Pelatihan berlangsung dengan sangat “FUN”, para pelajar membuat gelang dan berbagai kerajinan lainnya dari eceng gondok.
Senang sekali saya bisa berbagi ilmu dan menyemangati para pelajar di SMAN 1 Sukasari.
Kegiatan FUN Weaving Class merupakan dukungan untuk pendidikan pengajar perempuan adat Papua dari suku Namblong, yaitu Nela dan Yolan yang menjadi penerima program Women Leaders. Seperti penyebutan nama kegiatannya, FUN Weaving Class dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja baik sekolah maupun komunitas yang memiliki kesadaran dalam pentingnya pelestarian budaya menganyam dan dukungan terhadap pendidikan.
Seni anyaman tradisional merupakan salah satu bentuk kerajinan tangan yang kaya akan nilai budaya dan Sejarah di Indonesia. Menggunakan teknik dan bahan yang diwariskan dari generasi ke generasi, anyaman tradisional tidak hanya mencerminkan kreativitas dan keterampilan pengrajin, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan gaya anyaman tersendiri. Di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Purwakarta ada anyaman eceng gondok, di Papua disebut Menoken, hasil anyamannya disebut Noken yang banyak terbuat dari kulit kayu. Budaya ini yang diharapkan dapat terus lestari kepada setiap generasi penerus.
Kegiatan FUN Weaving Class bisa juga dimaknai sebagai bentuk dukungan implementasi program P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang dirancang Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Sebuah program yang penerapnannya menggunakan paradigma baru, yakni pembelajaran berbasis projek.
Dengan menjalankan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pendidik diharapkan dapat menemani proses pembelajaran peserta didik agar mereka dapat menumbuhkan kapasitas dan membangun karakter luhur sebagaimana yang dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila, yakni 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Dengan begitu, pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter, sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. (Sumber : https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/projek-penguatan-profil-pelajar-pancasila-p5-fasilitasi-potensi-para-siswa)
Melalui penerapan dan pelaksanaan P5 dalam lingkungan sekolah dengan memperhatikan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-5 dan ke-10, diharapkan negara Indonesia dapat mencapai SDGs ke-4 yaitu pendidikan yang berkualitas menuju masa depan dengan pembangunan yang berkelanjutan. SDGs atau yang dikenal juga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah serangkaian tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang di bumi. SDGs merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17 tujuan dan sasaran global tahun 2030. Kesetaraan gender merupakan tujuan 5 dari SDGs yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
Tujuan ke-10 dari SDGs adalah berkurangnya kesenjangan untuk mengurangi kesenjangan antar negara maupun dalam negara itu sendiri. Pada tahun 2030, diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan inklusi sosial, ekonomi dan politik bagi semua, terlepas dari usia, jenis kelamin, disabilitas, ras, suku, asal, agama atau kemampuan ekonomi atau status lainnya. Tujuan ke-5 dan ke-10 dalam SDGs ini saling berhubungan dan memiliki pengaruh yang besar dalam mewujudkan SDGs ke-4 yaitu pendidikan yang berkualitas. Dengan penerapan tujuan ke-5 dan ke-10 dalam SDGs ke-4 diharapkan suatu negara dapat menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. (https://berandainspirasi.id/mewujudkan-pendidikan-yang-berkualitas-tujuan-4-sdgs-melalui-kesetaraan-gender-tujuan-5-sdgs-dan-berkurangnya-kesenjangan-tujuan-10-sdgs-sehubung-dengan-p5-projek-penguatan-profil-pelajar-panca/)
Pada kesempatan perdana ini, SMAN 1 Sukasari Kabupaten Purwakarta yang berjarak kurang lebih 20 km dari pusat Kabupaten Purwakarta bersemangat menerapkan implementasi program P5 dengan belajar menganyam kerajinan eceng gondok. Seperti diketahui Waduk Jatiluhur merupakan Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan objek vital nasional, eceng gondok yang memenuhi Waduk Jatiluhur menjadi suatu permasalahan yang menghambat ekosistem lingkungan dan mobilitas masyarakat sekitar, sehingga sejak tahun 2021 komunitas Bumi Kreasi Jatiluhur memanfaatkan eceng gondok tersebut menjadi suatu produk yang bernilai berbasis ekonomi kreatif dengan memiliki visi yaitu pelestarian budaya menganyam dan dukungan terhadap pendidikan.
Terimakasih untuk Pelajar SMAN 1 Sukasari yang telah turut melestarikan budaya menganyam dan setiap pelajar memberikan dukungan Rp.5000 untuk Women Leaders Education di Papua melalui https://kitabisa.com/campaign/dukungpendidikanpengajarperempuanadatpapua/
Mari melakukan kegiatan FUN Weaving Class, untuk permintaan kegiatan dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Resource Mobilization Samdhana yang tertera pada https://linktr.ee/friends.samdhana