Menoken Serentak di Tiga Wilayah Budaya Tanah Papua pada Perayaan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia 2023

Aksi tanam pohon di Bukit Kerka di Kampung Adat Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua pada 2 Desember 2023 lalu. (dok. Komunitas Menoken Mamta)

JAYAPURA-Aksi menanam serentak mewarnai kegiatan Menoken dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (5 Desember) dan Hari Noken Sedunia (4 Desember) yang dilaksanakan pada Sabtu, 2 Desember 2023.

Komunitas Menoken di tiga wilayah budaya Tanah Papua, yakni Animha, Domberai dan Mamta, menggelar serangkaian kegiatan menoken dengan tema “Memulihkan Tanah dan Air Melalui Semangat Noken yang Inklusi”. Kegiatan tersebut dilakukan serentak di Kabupaten Jayapura, Sorong dan Merauke. Selain menanam, para penoken juga turut serta dalam kegiatan pertanian organik, menggambar dan talkshow tematik.

Di Wilayah Budaya Mamta

Kegiatan di Jayapura dilaksanakan oleh para penoken dari komunitas Menoken Mamta, yaitu dengan menanam ratusan bibit pohon di Bukit Kerka di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Salah satu penoken, sebutan untuk anggota Komunitas Menoken, Lusia Langowuyo mengatakan, bahwa bibit pohon yang ditanami adalah bibit kelor sebanyak 180 batang pohon, 40 pohon mangga, 40 pohon asam Jawa dan 40 bibit pohon jati putih. Bukit Kerka dipilih sebagai upaya menghijaukan kembali kawasan ini dan mengurangi resiko longsor. “Penanaman berlangsung dari pagi mulai dengan penggalian liang tanam bersama hingga berakhir pada sore hari,” ujar Lusia.

Pada kegiatan ini Lusia dan para penoken Mamta tak sendiri, mereka bergotong royong mulai dari membawa bibit dan pupuk dari kampung ke puncak bukit Kerka, lantas menanamnya bersama-sama komunitas Pemuda Yotoro, PAM GKI Imanuel Dondai, Bhuyakha Art Centre, Komunitas Tuli Jayapura, Earth Hour, dan masyarakat Kampung Dondai.

Sebagai penutup, kegiatan di Jayapura dilakukan bersama anak-anak keterwakilan komunitas, menggambar bersama lalu bercerita tentang hasil gambar mereka masing-masing.

Kegiatan penanaman bibit pohon di Bukit Kerka Kampung Dondai menjadi bukti kontribusi dan partisipasi penoken yang tergabung dalam Menoken Mamta terhadap penyelamatan lingkungan.

“Menoken itu bukan berarti membuat noken, tapi lebih kepada mencoba menggiatkan dan menggerakkan kembali semangat atau nilai-nilai noken yang selama ini diangkat teman-teman komunitas noken Mamta,” ujar Piter Roki Aloisius dari Samdhana Institute selaku pendukung kegiatan, sebagaimana dikutip dari papuainside.com.

Di Wilayah Budaya Domberai

Sementara di Sorong, kegiatan Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia dilaksanakan di kebun  Komunitas Peduli Papua (KOMPIPA).

Komunitas Peduli Papua (KOMPIPA)memusatkan kegiatan Hari Disabilitas Internasional dan hari Noken Sedunia di Kebun KOMPIPA, Sabtu, 02 Desember 2023. (dok.KOMPIPA)

Para peserta kegiatan diajak mengikuti pembelajaran pertanian berkelanjutan dan praktek pembuatan Kompos dari bahan organik, atau limbah yang ada disekitar rumah seperti limbah sayur, buah-buahan, makanan dan bahan organik lainnya.

Pilihan kegiatan ini dilakukan untuk meminimalisir dampak limbah dan sampah yang bisa menimbulkan masalah bagi semua pihak ke depannya. Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari aparat Kelurahan Klaru, Distrik Mariat, Kabupaten Sorong dan Babinsa juga Bhabinkamtibmas Kelurahan Klaru. Mereka mengapresiasi kegiatan yang di lakukan di Kebun KOMPIPA, membagikan ilmu yang bermanfaat untuk mengurangi dampak dari pencemaran limbah. KOMPIPA sendiri termasuk dalam wadah komunitas Menoken Domberai di wilayah adat Domberai yang terletak di Papua Barat Daya, Sorong hingga Manokwari.

Mereka adalah Komunitas yang bergerak di bidang Sosial-Budaya-Lingkungan di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya, sejak 18 Maret 2017. Komunitas ini diinisiasi oleh individu yang peduli terhadap masyarakat dan anak-anak di Papua.

Di Wilayah Budaya Animha

Sedangkang kegiatan Menoken dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional dan Hari Noken Sedunia di Kabupaten Merauke, berlangsung di aula gedung SMAN 1 Merauke, 3 Desember 2024. Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas Menoken Animha ini adalah mini talkshow: Inklusi dan Budaya Merajut Noken, pameran aneka Noken Papua Selatan dan aksi penanaman pohon.

Rangkaian kegiatan di Merauke ini dimaksudkan untuk membangun konektivitas antar kelompok warga, yaitu dengan menghadirkan kelompok diffabel, pelajar, kelompok pengrajin, petani serta kelompok pemuda lainnya. Konektivitas yang dimaksudkan akan menjadi bagian dari gerakan menoken yang terus berlangsung.

Noken, Menoken dan Gerakan Menoken

Gerakan Menoken yang digagas fokus pada tiga aspek, yakni Menoken atau berbagi isi Noken itu sendiri, pemulihan tanah dan air serta mendorong adanya badan usaha yang dimiliki oleh Masyarakat Adat atau Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA).

Implikasi dari Gerakan Menoken bisa dilihat pada kegiatan Menoken Animha di Merauke, pada momen Hari Disabilitas, seorang difabel daksa membagikan kisahnya yang berjuang untuk mimpi-mimpinya. Pun halnya saat diffabel tuli berkomunikasi dengan para peserta kegiatan dengan bahasa isyarat dengan perantara juru bahasa isyarat (JBI).

Fokus Gerakan Menoken memulihkan tanah dan air serta mendorong adanya BUMMA atau memBUMMA secara perlahan ke khalayak umum diwujudkan dalam bentuk pameran hasil kerajinan Noken oleh komunitas pengrajin Papa Marba, pesta pangan lokal dan penanaman pohon di halaman SMA Negeri 1 Merauke. Termasuk komunikasi dengan perempuan pembuat Virgin Coconut Oil (VCO) di Onggaya, Merauke.

Hal ini menjadi bukti upaya nyata partisipasi Gerakan Menoken di Papua Selatan.

Kolaborasi Lintas Sektor

Piter Roki Aloisius dari Samdhana Institute yang saat itu hadir, memberi contoh lain yang telah dilakukan Gerakan Menoken di Papua Selatan. Yakni penanaman mangrove sebagai langkah awal yang baik untuk ditingkatkan dan memperlebar jangkauan aspek pemulihan tanah dan air. Semisal dengan menyusun data pasti alih fungsi lahan/hutan, untuk kemudian digunakan sebagai basis gerakan pemulihan lingkungan yang berkolaborasi lintas sektor.

“Disini juga ada program lain yang sudah dibangun, misalnya dengan petani kopi di Muting dan Ongayya, ini bisa fokus ke depan dengan kegiatan itu,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari lensamerauke.com.

Merespon Gerakan Menoken yang telah berjalan, Marten Ayub Luturmasse dari Papua Paradise Centre yang terlibat langsung memaparkan, bahwa upaya mendorong gerakan ini bisa menyentuh seluruh aspek dan akan terus dilakukan. Komunikasi intens dengan komunitas dampingan untuk mendorong pembentukan BUMMA, termasuk membangun komunikasi dengan lintas sektor terkait.

Membangun Konektivitas

Sebagai penutup, Yuniken Mayangsari dari Samdhana Institute secara singkat menyampaikan bahwa inti dari Gerakan Menoken adalah untuk membangun konektivitas. Meskipun masih berproses untuk mencapai tiga aspek utama, hal terpenting dari tiga aspek tadi adalah bagaimana nilai-nilai dalam filosofi Noken bisa disumbangkan dari Papua ke seluruh wilayah di Nusantara.

Menoken adalah usaha membangun wadah untuk menghubungkan komunitas, produknya, pengetahuannya, dan solidaritas sosialnya. Menoken didasarkan pada filosofi Noken, di mana nilai adalah cinta, kasih sayang, solidaritas, kekuatan dalam keluwesan, kegunaan, keterbukaan, dan semangat untuk mempertahankan kehidupan. Kegiatannya selalu bersifat informal, fleksibel, dan rasa persahabatan diprioritaskan. Ini tentang berkumpul, berkemah, memasak, makan bersama, bertukar cerita dan ilmu, bernyanyi, menari, menikmati seni budaya bersama, dan membangun semangat dan solidaritas sosial untuk kehidupan yang lebih baik.

Sumber:

  1. papuainside.com (2023), Komunitas Menoken Mamta Tanam Ratusan Pohon di Kampung Dondai
  2. komunitaspedulipapua.blogspot.com (2023), Komunitas peduli papua atau yang sering dikenal sebagai Kompipa melalui Kebun Kompipa dipercayakan The Samdhana Institute menjadi tuan rumah kegiatan Hari Disabilitas Internasional dan hari Noken Sedunia yang dilaksanakan pada Sabtu, 02 Desember 2023.
  3. Lensamerauke.com (2023), Bangun Konektivitas di Hari Disabilitas dan Noken Internasional Lewat Gerakan Menoken.

Cerita Lainnya