Bahasa Sentani Kini Hadir di 141 Sekolah di Jayapura

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Eqberth C Kopeuw, menyerahkan modul kepada para Kepala sekolah, pada kegiatan Launching Integrasi Sekolah Adat Negeri Papua di SMA Negeri 1 Sentani, Jumat (15/9/2023). (Makawaru da Cunha/Papuainside.id)

Oleh Naely Himami

Origene Monim kini bisa bernafas lega, upayanya memperjuangkan Sekolah Adat Negeri Papua mendapat dukungan nyata dari pemerintah Kabupaten Jayapura. Secara resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura mengintegrasikan Sekolah Adat Negeri Papua pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA/SMK sederajat di Wilayah Adat Mamta/Tabi di Kabupaten Jayapura, Papua. Termasuk didalamnya, penerapan pembelajaran kurikulum muatan lokal (mulok) Bahasa Ibu. 

Momen penting ini berlangsung di SMA Negeri 1 Sentani pada Jumat (15/09/2023), pada acara Launching Integrasi Sekolah Adat Negeri Papua dan Penerapan Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Ibu (Bahasa Sentani) Melalui Pendidikan Adat Pada Saturn Pendidikan SD, SMP, SMA,/SMK sederajat di Wilayah Dewan Adat Suku Mamta/Tabi Kabupaten Jayapura.

Orgenes Monim selaku Direktur Sekolah Adat Negeri Papua mengaku telah menantikan momen bahasa adat mereka atau Bahasa Ibu diintegrasikan ke dalam kurikulum muatan lokal sekolah formal di Kabupaten Jayapura. Saat ini pendidikan adat Sekolah Adat Negeri Papua hadir di 141 sekolah, yaitu 54 sekolah tingkat SD, 30 SMP dan 17 SMA/SMK sederajat. 

Orgenes juga menyampaikan, bahwa pelaksanaan pembelajaran Bahasa Ibu di Kabupaten Jayapura akan dilakukan secara bertahap. Saat ini terdapat empat sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project. Yaitu, SMA Negeri 1 Sentani, SMP Negeri 6 Sentani, SMPK Negeri 1 Sentani dan SDN Inpres Abeale 1 Sentani.

Hal ini dilakukan mengingat pihaknya membutuhkan 141 pengajar atau guru muatan lokal, sementara yang sudah dilatih baru 67 guru. Ia juga mengimbau kepada paguyuban-paguyuban nusantara khususnya di Kabupaten Jayapura, untuk membantu sekolah adat, karena kedepan akan dibuka satu kelas khusus untuk belajar adat istiadat.

“Jadi sekolah adat ini sebenarnya sekolah adat yang akan mengakomodir semua kepentingan  bahasa, budaya seluruh komunitas yang ada di Kabupaten Jayapura,” ujar Orgenes, seperti dikutip dari papuainside.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sentani, Daud Taime dalam kesempatan ini mendorong adanya kerja sama serupa di daerah lain agar generasi muda tetap bisa menggunakan bahasa daerah sebagai komunikasi sehari-hari.

“Di Sentani mereka belajar bahasa Sentani. Nanti di Depapre atau dimana pun disesuaikan dengan wilayah adat masing-masing,” katanya.

Sementara itu, Pengembang Ahli Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Taufik Damarjati yang turut hadir dalam acara ini menyatakan bahwa saat ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga sedang berupaya merevitalisasi bahasa daerah, salah satunya Bahasa Sentani. Hal ini dilakukan mengingat generasi muda kini mulai lupa dengan bahasa daerahnya sendiri.

Upaya tersebut juga selaras dengan kebijakan tentang pelestarian bahasa daerah dan pengembangan model kurikulum berbasis alam serta literasi kelas awal di Papua, melalui kebijakan Merdeka Belajar episode 17.

“Kondisi bahasa daerah di Indonesia secara umum penutur aslinya sudah mulai berkurang,” ungkap Taufik.

Sekolah Adat Negeri Papua dan Upaya Pelestarian Bahasa Daerah

Sekolah Adat Negeri Papua merupakan pendidikan adat yang didirikan atas inisiatif Orgenes Monim pada 2017. Sekolah ini bertujuan untuk memberikan pendidikan adat kepada generasi muda terkait bahasa, kekayaan alam, dan tradisi nenek moyang agar tidak hilang dimakan zaman. Upaya ini tidak hanya membantu melestarikan warisan budaya masyarakat adat Sentani tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan jati diri di kalangan anak muda.

Melalui dukungan PERMATA, Samdhanan Insitute turut mendukung inisiatif tersebut dengan memfasilitasi berbagai kegiatan penyelesaikan modul bahasa sentani yang menjadi rujukan pendidikan adat di Sekolah Adat Negeri Papua.

Salah satunya pertemuan dengan tokoh-tokoh adat, pemuda, akademisi dan pemerintah, untuk menyusun modul pembelajaran Bahasa Sentani. Termasuk diseminasi modul Bahasa Sentani ke sejumlah sekolah di Kabupaten Jayapura.

Koordinator Program Papua Samdhana Institute, Piter Roki Aloisius, menyampaikan selamat dan sukses atas pencapaian Sekolah Adat Negeri Papua yang kini telah pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA/SMK sederajat di Wilayah Adat Mamta/Tabi di Kabupaten Jayapura, Papua. Ini merupakan pencapaian terbaru dan pertama bagi Sekolah Adat di Papua.

“Ini juga merupakan model pertama sekolah adat di Jayapura dan Papua,” kata Roki.Ke depan, Roki berharap implementasi sekolah adat di Papua semakin bertambah.

Cerita Lainnya