Perempuan dan pemuda Kampung Kwadeware melakukan penghijauan Bukit Yotoro. Yaitu dengan penanaman 1000 pohon dan pemberian pupuk organik. (Naely/SAMDHANA)
Lahan Bukit Yotoro di Kabupaten Jayapura masuk dalam kategori kritis akibat praktik ladang berpindah yang telah berlangsung bertahun-tahun. Hal ini berdampak pada masyarakat adat di Kampung Kwadeware Distrik Waibu yang tinggal tidak jauh dari Bukit Yotoro.
Untuk itu, perempuan dan pemuda Kampung Kwadeware melakukan penghijauan Bukit Yotoro. Salah satunya dengan penanaman pohon.
Melalui program PERMATA, Samdhana Institute kembali mendampingi pemuda dan perempuan masyarakat adat di Kampung Kwadeware untuk belajar membuat pupuk organik atau yang disebut dengan pupuk negentropi. Setidaknya dibutuhkan 2000 kg pupuk negentropi untuk mengembalikan kesuburan tanah Bukit Yotoro. Hingga saat ini, mereka telah berhasil membuat 1500 kg pupuk negentropi.
“Kami melibatkan ahli konservasi tanah untuk memberikan pelatihan kepada pemuda di sini, termasuk komunitas tuli di Jayapura, yang tergabung dalam Menoken, mereka diberikan pelatihan pembuatan pupuk negentropi,” kata Samdhana Papua Coordinator Piter Roki Aloisius.
Pupuk tersebut merupakan bagian dari persiapan aksi tanam 1000 bibit pohon kelor di Bukit Yotoro bersama Komunitas Menoken Mamta pada 26 – 27 Agustus 2022. Roki mengatakan bahwa gerakan hijaukan Yotoro merupakan janji dari berbagai komunitas di Jayapura pada kegiatan Menoken di Mamta beberapa waktu lalu.
“Nokener ini berjanji, bahwa mereka tidak hanya akan melakukan kegiatan menghijaukan Yotoro, tetapi juga di wilayah lain yang juga dalam keadaan kritis, seperti di Henna dan di Hobong,” kata Roki.
Dalam kegiatan tersebut, perempuan dan pemuda adat di Kampung Kwadeware menanam 1000 pohon kelor yang bertujuan agar pohon tanaman kelor dapat berhasil tumbuh dengan baik sekaligus upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah dan unsur hara tanah pada lahan di bukit Yotoro, sehingga dapat mengurangi abrasi di sekitar Danau Sentani dan mencegah bencana alam.
“Bukit Yotoro adalah merupakan salah satu pulau terbesar di danau Sentani yang keberadaannya saat ini telah mengalami pengikisan oleh air hujan dan danau, jika tanpa ada upaya upaya mitigasi tingkat kerusakan akan semakin parah, sudah 2 tahun terakhir pada saat musim kemarau air danau surut dan di saat musim hujan dengan intensistas curah hujan tinggi air danaupun mengalami kenaikan akibatnya banyak rumah rumah di beberapa kampung di pinggiran danau sentani tenggelam ,” kata Roki.
“Itu sudah beberapa kali terjadi dan itu sudah menjadi bencana nasional, sehingga ini menjadi salah satu agenda dalam kegiatan menoken di Mamta,” imbuhnya.
Tak kurang dari 200 orang hadir dalam acara ini. Mulai dari Pemuda GKI PAM Yonokong Kampung Kwadeware, Pemuda Kampung Kwadeware, Papua Tour Guide Community, Komunitas Tuli Jayapura, Komunitas Jalan-Jalan Seru, dan Samdhana Institute yang tergabung dalam Komunitas Menoken Mamta.
Tak hanya dari Komunitas Menoken Mamta, kegiatan ini juga disambut baik oleh warga asli Kampung Kwadeware yang sudah sangat menantikan perbaikan di Bukit Yotoro.
“Sebagai orang asli Kwadeware saya menilai ini sangat bagus karena membawa banyak manfaat, karena kondisi Bukit Yotoro ini sangat gersang jadi dengan kegiatan seperti ini secara tidak langsung kita telah menyelamatkan bukit, karena ini kampung saya, jadi saya senang dan saya beri apresiasi yang tinggi buat komunitas menoken yang sudah membuat kegiatan ini,” kata Tomotius Marweri.
Selain penanam 1000 pohon kelor, komunitas Menoken Manta dan Pemda Yotoro juga membuat pagar pembatas hama sapi sepanjang 400 meter. Hal ini diharapkan dapat menjaga kelangsungan pohon kelor di Bukit Yotoro.
Masyarakat juga berharap hasil penanaman kali ini lebih baik dari sebelumnya. Kala itu, warga menanam300 bibit pohon kelor di Bukit Yotoro. Berdasarkan hasil pemantauan diketahui bahwa 50 persen pohon yang ditanam berhasil hidup walau dengan kondisi yang kurang prima, seperti bertubuh kerdil dan berdaun kuning, dikarenakan kondisi tanah pada umumnya dilokasi tersebut miskin akan unsur hara tanah.