Menoken di Tabi: Dari Papua Untuk Nusantara

Peserta kegiatan Menoken di Tabi berfoto bersama sebelum melanjutkan perjalanan ke 5 kampung di Kabupaten Jayapura. Selama keliling mereka menggunakan foodtruck yang menjadi pusat edukasi pangan lokal bersama Chef Charles Toto. (SAMDHANA/Niken)


Cerita oleh Yessi Agustina


Kegiatan Menoken Tabi yang merupakan kegiatan inisiatif dari Samdhana Institute di selenggarakan di Tabi, Kabupaten Jayapura, Papua selama 9 hari penuh mulai tanggal 11-19 Maret 2021 dengan tema ”dari Papua untuk Nusantara”.

Menoken yang sejatinya adalah merajut tindakan dan membangun wadah untuk menyambungkan komunitas, produk, pengetahuan, dan solidaritas merupakan bagian dari upaya mengembalikan kedaulatan masyarakat adat di bumi nusantara.

Menoken di Tabi di awali dengan menoken bersama berbagai komunitas di  Bukit Yotoro Sentani, yang di buka oleh Bupati Jayapura, Matius Awoitauw, S.E., M.Si. dan juga dihadiri oleh para Ondoafi. Bupati menitipkan pesan bahwa kita harus senantiasa melindungi, menjaga dan memelihara sekaligus mengembangkan tempat ini. Di ungkapkan, ada sejumlah komunitas yang turut ambil bagian dalam kegiatan menoken ini, dimana mereka yang mempunyai kreasi, asli dan unik yang ada di papua, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Sorong, Papua Barat.

Bupati Jayapura menyampaikan bahwa, “Noken dengan dasar kasih, menampung segala bentuk aspirasi dan kebebasan berpendapat, sekaligus menjaga aspirasi tersebut dengan symbol simpul lentur namun kuat yang diibaratkan upaya untuk mempertahankan identitas diri, nilai, budaya dan tradisi nenek moyang kita. Noken dengan demikian adalah kekayaan, ruang, jati diri, dan pemelihara kehidupan itu sendiri”.

“Mereka tergabung dalam berbagai komunitas, ada yang bergerak di bidang lingkungan hidup, makanan lokal papua seperti yang dilakukan Chef Charles Toto, ada juga yang bergerak dibidang kerajinan, sekolah adat, termasuk yang menjaga konservasi flora dan fauna” ujar Bupati Jayapura. “Makanya kegiatan ini kita istilahkan menoken, merajut sejumlah orang, kumpul di suatu tempat berbagi pengalaman, berbagi informasi, berbagi pengetahuan dan hari ini mereka lakukan disini” pungkasnya.

Menoken menjadi kegiatan yang di nanti oleh komunitas masyarakat adat di Papua, sebagai momentum untuk berbagi pengetahuan dan menggali apapun yang bisa dipelajari dan dikembangkan bersama. Menoken adalah merayakan pengetahuan, keindahan, karya dan kreativitas dalam kebersamaan dan solidaritas.

Penoken adalah semua orang yang terlibat dalam berbagi pengetahuan dan kegembiraan, saling mendukung dalam kasih. Menoken di Tabi ini sepenuhnya dikelola dan dimiliki bersama-sama oleh berbagai komunitas penoken, termasuk di antaranya: Samdhana Institute, Jungle Chef Papua, Klub Pecinta Alam KIPAS, Forum Tour Guide Papua, FOKKER LSM Papua, Komunitas Vespa Adventure Jayapura dan berbagai komunitas dan organisasi lain di Jayapura. Penoken dari Komunitas Tuli Jayapura pun turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan menoken ini dengan mengajarkan bahasa isyarat kepada para penoken dan anak-anak di setiap tempat yang dikunjungi.

Bupati Jayapura Matius Awoitauw, S.E., M.Si giling kopi manual bersama komunitas Noken. (NOKEN COMMUNITY)

Berbagai kegiatan menoken di lakukan mulai dari menoken mengenai kerajinan lokal, dimana para penoken ini belajar mengenai perspektif budaya dari ukiran kayu, kerajinan gerabah dan kulit kayu. Menoken di kampung Kwadeware bertemu dengan Bapak Sepi Marwery yang membuat ukiran kayu dengan motif-motif uniknya yang merupakan warisan kemampuan dari para leluhurnya. Tidak kalah serunya saat menoken di rumah mama Yosephina di kampung Asei yang merupakan tempat pengrajin kulit kayu, penoken berkesempatan untuk melihat kegiatan kreatif kampung Asei dengan kerajinan kulit kayu. Selain itu juga mengenal lebih dekat mama Martha, seorang pengrajin noken yang telah mendunia dan pemimpin komunitas perempuan pembuat Noken dari kampung Asei Besar.

Di kampung Abar, Penoken berkesempatan belajar mengenai pembuatan peralatan makan dari tanah liat yang di sebut dengan sempe yang biasa di gunakan untuk menghidangkan papeda dan hidangan lainnya. Selain itu hasil karya tanah liat atau gerabah ini juga dibuat menjadi bentuk tifa, alat musik kebanggaan tanah papua. 

Penoken juga menoken bersama di sekolah adat pertama di Kabupaten Jayapura, yaitu Sekolah Adat Hobong. Sekolah ini menerapkan kurikulum yang menggunakan Bahasa daerah dengan tujuan agar Bahasa Ibu tetap terpelihara. Penoken pun berkesempatan untuk kemping di Sekolah Adat Hobong yang terletak di kampung Hobong.

Menoken dilanjutkan bersama dengan para penoken di Rumah Bakau Enggros Jayapura dan kampung Asei. Menoken di Rumah Bakau ini melihat lebih kepada spirit dan aspek emosional yang diharapkan terus menyebar dan dan kegiatan berbagi pengalaman ini dapat terus di hidupkan untuk dapat menghidupkan kembali nilai-nilai adat istiadat di Papua yang perlahan menurun.  

Meike Rottie, koordinator Rumah Bakau Jayapura menyampaikan bahwa semangat lahirnya Rumah Bakau tak lepas dari kepedulian terhadap kondisi dan isu lingkungan di Jayapura. Dari semangat itu yang hingga kini terus ditularkan. “Kami memulai dari hal kecil, dari apa yang bisa kami lakukan untuk terus menyebar semangat positif. Kami juga bersyukur bisa bertemu orang – orang hebat yang terus menginspirasi,” imbuhnya.

Menoken bersama para siswa Club Pecinta Alam Hirosi Konopa dilakukan untuk menumbuhkan kecintaan anak muda terhadap alam.  Club Pencinta Alam Hirosi berasal dari kata singkatan Hibiscus Rosa Sinensis, merupakan nama latin bunga kembang sepatu. Klub ini bergerak dalam bidang pembinaan budaya dan lingkungan hidup oleh generasi muda. Menurut Fransisco Wiliditi, sekretaris CPA Hirosi, “Program pelestarian budaya yang di lakukan dengan komunitas Noken Papua, untuk melestarikan noken Papua sebagai warisan budaya tak benda, selain pelatihan pembuatan noken, CPA Hirosi juga melakukan budidaya tanaman arboretum sebagai bahan baku noken. Sementara di Sekolah alam Hirosi, anak-anak muda di ajarkan untuk mengolah sampah menjadi barang-barang yang dapat di gunakan Kembali. Ada hari Jumat bersih,  hari Rabu pakai noken (Rabno), hari Ramino atau hari tanpa rokok minuman keras, adalah salah satu upaya untuk membangun pemahaman dan perilaku anak-anak muda untuk  cinta alam dan budaya, sekaligus membentuk karakter untuk menjaga diri”.

Menoken di Rumah Bakau. (NOKEN COMMUNITY/Iqbal Ashar)

Menoken kali ini secara bersamaan beririsan dengan perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara ke-22 pada tanggal 17 Maret 2021.

Sejalan dengan tema Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara ke 22 yaitu “Tetap Tangguh Dalam Krisis”, Menoken di Tabi mengusung filosofi yang dekat dengan masyarakat adat. Keberdayaan menjadi salah satu filosofi Noken, keberdayaan masyarakat adat menjadi salah satu tujuan kebangkitan masyakarat adat di nusantara untuk mampu berdaulat atas jati diri sendiri. Dengan mampu untuk menjadi berdaya guna dan mandiri atas potensi diri dan sumber daya lokal, diharapkan dapat menjadi jalan untuk bangkit dari krisis yang melanda Indonesia dan juga dunia.

Puncak kegiatan menoken ini di adalah perayaan hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) yang dirayakan di Isho Hill Rhepang Mhuaif oleh seluruh penoken. Turut hadir sebagai penoken dan menyampaikan pesan untuk seluruh masyarakat nusantara adalah Abdon Nababan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara menyampaikan “Kepada seluruh masyarakat adat di Nusantara, hari ini tanggal 17 Maret kita merayakan hari kebangkitan masyarakat adat, Saya mengucapkan selamat dan memberikan pesan agar kita terus melanjutkan perjuangan agar masyarakat adat nusantara kembali berdaulat mandiri dan bermartabat, untuk para sahabat penoken di manapun berada, kalau anda adalah bagian dari masyarakat adat, teruslah berjuang dan bagi anda yang bukan masyarakat adat tetap lah belajar dan menjadi sahabat dan teman berjuang bagi masyarakat adat, tetap semangat kawan-kawan.

Di hari terakhir para penoken diundang untuk menoken di kampung Yokiwa yang merupakan kampung dari Bapak Bupati Matius. Hari terakhir tersebut di gunakan untuk momen refleksi para penoken, untuk merenungi apa yang di dapat dan dibagi sepanjang perjalanan menoken, dan bersiap meneruskan kisah menoken dalam perjalanan menoken yang lain.  Salah satu penoken dari Sorong yaitu Nova yang juga seorang barista mengungkapkan “Senang sekali bisa turut menoken, dan mengerti mengenai filosofi noken, saya juga sangat senang menoken menunjukkan jati diri kita orang Papua, khususnya bagi saya perempuan, saya berharap dengan menoken kita bisa berkunjung ke daerah dimana orang-orang masih mempertahankan budaya dan adat papua. Berkenaan dengan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara yang akan dilaksanakan di Papua, saya berharap seluruh masyarakat adat di seluruh nusantara khususnya Papua dan Papua Barat dapat berpartisipasi aktif, menjunjung tinggi dan mendukung untuk mensukseskan acara ini, karena melalui acara ini kita bisa berbagi kepada masyarakat dan menunjukkan kepada mereka bahwa tradisi dan budaya Papua masih ada dan semoga tetap eksis sepanjang tahun. Salam Menoken dari Papua ke Nusantara”

Salam Menoken##

Sumber:

*TOR MENOKEN

*Instagram Noken Community

*Cenderawasih Pos – Kolom Opini – Noken: Sumbangan Papua untuk Nusantara

*Ceposonline.com 14/03 – Menoken Papua Cara Baru Pengembangan Diri lewat berbagi

*Cenderawasihpos.co.id 12/03 – Filosofi Noken Sangat Dibutuhkan Indonesia dan Dunia 

*Nabire.net 11/03 – menoken di tabi akan dilaksanakan dari tangal 11-18 Maret 2021

*interview Ulung dengan fransisco wiliditi – CPA Hirosi

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours