Menenun Yuu, Menenun Budaya dan Tradisi

Ibu Andy Yentriyani Dari Komnas Perempuan Ikut Menoken. (Beyum Baru)


Cerita oleh Yunus Yumte


Hutan, tanah dan noken menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan didalam kehidupan Orang Mare. Karena hutan menyediakan bahan-bahan alam untuk pembuatan Noken” Tegas Beyum Baru dalam pengantar diskusi di tanggal 5 Desember 2020. 

Langit cerah, suasana tenang di Sangggar Klafun yang diuntungkan oleh lokasinya yang sedikit jauh dari hiruk pikuk aktitifas kota Sorong memberikan energi tersendiri bagi pemuda dan pelajar untuk mengikuti materi yang disampaikan Oleh Viktor Tawer. “Saya akan berbagi bagaimana pentingnya kerja-kerja musyawarah adat, pemetaan wilayah adat sampai dengan pembentukan kelembagaan adat di Suku Mare. Kita AKA WUON sudah memulainya di Tambrauw sehingga ini bisa jadi contoh bagi kita orang Mare” kata Viktor. Viktor selain sebagai Kepala Bidang di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tambrauw juga merupakan anggota aktif Perkumpulan AKA WUON Tambrauw. Perkumpulan AKA WUON memiliki pengalaman dan sejarah panjang dalam fasilitasi musyawarah adat, penyelesaian sengketa tanah adat, pemetaan wilayah adat sampai dengan mendorong pengakuan hak ulayat di Kabupaten Tambrauw. Pengalaman panjang inilah yang dibagikan oleh Viktor di diskusi hari kedua Camping Pemuda Mare.

Saat ini teridentifkasi ada 31 Marga di Suku Mare tetapi masih ada beberapa perdebatan untuk beberapa Marga yang mungkin aslinya tidak dari mare. Makanya kita perlu lakukan musyawarah adat sehingga kita tau berapa banyak marga di Mare. Musyawarah adat, pemetaan wilayah adat identifikasi pontensi penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan pembangun terutama karena posisi mare ada ditengah-tengah Maybrat, Tambrauw dan Sorong” penekanan Kaka Viktor. Hari semakin, semakin siang, dan kelihatan wajah lapar para pemuda yang hadir, namun Kaka Viktor kelihatan tetap bersemangat menutup diskusi dia dengan memberikan dua pertanyaan menantang kepada semua pemuda yang hadir – “Bagaimana peran kita sebagai pemuda anak adat Mare untuk mempertahankan nilai, budaya, adat dan istiadat yang kita punya? Apakah semua yang hadir saat ini bisa kembali ke kampung untuk memulai mengumpulkan informasi sejarah, silsilah, symbol, hubungan sosial antar keluarga dan informasi hak adat lain yang menjadi bagian dari marga-nya?”.

Setelah makan siang diskusi dilanjutkan dengan materi dari Yonas Yewen. Yonas adalah anggota DPRD Kabupaten Maybrat dari partai Nasdem dari daerah pemilihan Distrik Mare. Wajah gembira terpancar dari Yonas yang duduk disamping mama-mana penenun noken sambil membawakan materinya. “Noken adalah kita pu budaya asli. Sehingga program-program seperti ini penting sekali dilakukan. Tetapi jang hanya sampai disini ya adik-adik mahasiswa, kita harus kawal upaya perlindungan noken mare sampai ke tingkatan regulasi daerah” pesan Yonas. Ditambahkannya “kalau bisa adik-adik mahasiwa bersama kaka-kaka dari LSM menyiapkan segera draft legal peraturan daerah tentang noken mare untuk kita ketuk palu tetapkan di DPRD”. Ide untuk mengatur perlindungan dan pengembangan noken sebagai warisan budaya direspon positive oleh semua pemuda dan ibu-ibu yang hadir. Wacana tentang mendorong kegiatan menenun noken asli sebagai bagian dari mata ajaran extrakurikuler bagi sekolah-sekolah di Kabupaten Maybrat diusulkan sebagai satu kegiatan konkrit dari perlindungan budaya menenun Noken Mare ini.

***

Hari ini hari minggu, hari ketiga dan merupakan hari terakhir dari kegiatan camping Pemuda Mare. Setelah menutup hari pertama dan hari kedua dengan diskusi-diskusi yang padat substansi. Hari terakhir kegiatan dirancang  lebih santai. “Mama dong dan adik-adik semua, hari ini kita akan dikunjungi oleh ketua Komnas Perempuan dan anggotanya. Kebetulan dong lagi ada kegiatan di Sorong bersama Kaka Max Binur (Belantara Papua). Jadi saya sekalian ajak dong untuk mampir lihat mama, ikut mengayam noken dan dong mau diskusi-diskusi juga” Kata kaka Beyum menginformasikan salah satu agenda di hari ini. Hari ini adalah hari minggu. Sehingga kegiatan baru dilaksanakan setelah jam Ibadah. Selain diskusi dengan Komnas Perempun, Bapak Pastor Dr. Bernardus Baru juga akan membawakan materi penutup tentang agama adat, noken dan transisi budaya orang Papua secara khusus dari kasus Suku Mare. Materi yang penting tentunya untuk melengkapi catatan padat yang telah dimiliki oleh Pemuda.

Ayo siap-siap… mereka sudah datang tuh” ajak Paskalis Korain – bendahara kegiatan ketika sebuah mobil minibus Toyota memasuki halaman parkir Sanggar Klafun. Iya, itu rombongan Komnas Perempuan yang diketuai Ibu Andy Yentriyani tiba di lokasi kegiatan.

Kunjungan ini disambut hangat oleh semua peserta. Pajangan noken, koba-koba, manik-manik dan ornament khas Suku Mare di tenda-tenda display kegiatan menjadi titik mereka berkumpulkan berdiskusi. Antusiasi Ibu Andy dan tim untuk belajar menoken juga keluar. Mereka menyempatkan hampir 30 menit belajar menoken sambil berdiskusi dengan mama-mama penoken. ‘Apakah laki-laki juga ikut menganyam?” pertanyaan dari salah satu anggota komnas perempuan kepada Mama-Mama. ‘Ahhh tidak… pekerjaan ini hanya dilakukan oleh perempuan” jawab Pak Pastor Bernard. “Ini karena budaya, laki-laki tidak boleh menenun” tambahnya. Perempuan menjadi aktor utama dan melakukan hampir keseluruhan proses menoken, mulai dari pergi ke hutan untuk mencari sumber bahan baku, menebang dan mengambil kulit pohon, mengambil daun, buah dan getah yang dipakai sebagai pewarna dan perekat, sampai dengan menjemur dan menganyam Yuu. “Bicara Noken berarti bicara perempuan. Jadi kalau mau diukur beban perempuan, noken bisa dipakai sebagai media komunikasinya” tambah Beyum Baru.

Namun Noken Mare ada dalam keterancaman, karena perubahan nilai yang baru di Masyarakat. Pemuda menjadi kelompok yang sangat rentan dengan peradaban nilai baru, karena pengaruh TV, HP dan interaksi komunikasi yang terjadi di mereka. ‘Watum”/nasehat dari orang tua sudah tidak banyak didengar, apalagi hal-hal “bomnaa” dan “bosnuuk” yang merupakan petuah-petuah rahasia dari budaya, tidak lagi menjadi fokus komunitas adat Mare saat ini. Akibatnya, banyak masalah sosial yang muncul di kampung dan berpengaruh pada keutuhan hubungan keluarga. Ini kurang lebih pokok-pokok pikiran dari Pastor Dr. Bernardus Baru pada sesi penutup sekaligus doa bersama pemuda.

Mama Mariane Bame dan Mama-Mama yang lain pulang dengan senyum, Noken hasil anyaman mereka hampir 70% laku terjual. “Terima kasih yang Beyum dan semua anak-anak” ucap Mama Mariane Bame sebelum masuk ke Mobil untuk pulang ke kampung. “Kalau bisa kegiatan beritu kita bikin di kampung. Dan kam harus kastau kita jauh-jauh hari supaya tong bisa siapkan bahan-bahan. Kalau sekarang kan tong bawa bahan apa ada-nya yang ada” pesan Mama Mariane. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang interaksi pemuda dan refreshing budaya, juga sebagai tempat memasarkan produk mama-mama. Total ada 12 Noken yang terjual dengan total pemasukan kurang lebih 2,5 juta rupiah.

Belum Puas dan Ingin MENOKEN LAGI…

Mama Mariane Bame dan anyaman Nokennya. (Beyum Baru)

Kaka, saya sebenarnya tidak puas di acara tiga hari ini. Saya rasa ada yang kurang dan harus kita tambahkan” Kata Alfius Baru, ketua IPPMM-SR. Ketua panitia, bendahara dan semua yang hadir malam itu disesi evaluasi sedikit tegang melihat Alba, penggilan akrab-nya Alfius. “Isi kegiatan dan diskusi sangat bagus, tetapi tidak banyak anak-anak muda mare yang ikut, saya tidak tau kenapa? Kedepan kita perlu atur strategi yang baik agar koordinasi dan komunikasi untuk menjangkau semua kelompok pemuda bisa optimal” pesan kritis Alba. Secara total sekitar 45 orang terlibat didalam kegiatan ini, 32 orang diantaranya adalah pemuda dan mama mama Mare, sedangkan sisanya adalah tamu dan pengunjung yang datang.

Respon Alba memancarkan rasa penasaran dan semangat yang terbakar untuk melanjutkan kegiatan pemuda-pemuda seperti ini. Usulan untuk melakukan training kepemimpinan, Pendidikan organisasi, membangun bisnis, diskusi budaya, pentas seni dll keluar dari 14 orang panitia yang terlibat dalam diskusi malam ini. Respon ini muncul karena ada kekosongan Gerakan sosial pemuda mare yang dinilai masih tersembunyi potensinya. “Mama-mama di kampung membutuhkan bantuan kita” sebuah ajakan dari Beyum. kegiatan produktif seperti ini dibutuhkan untuk menjaga agar pemuda terutama mereka yang putus sekolah bisa melihat peluang kerja baru. Kegiatan ini sebagai wadah berkumpul orang tua, senior dan pemuda untuk melantunkan ‘Watum/Nasehat” dan kegiatan seperti ini penting untuk merajut agenda kerja positif  membangun pemuda, membangun kampung dan mempertahankan budaya Khas Suku Mare Maybrat.

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours