Support Mission WB tiba di Desa Lawin dan disambut upacara adat kalungan kain sebagai tanda penerimaan masyarakat adat. (SAMDHANA/Andhika)
Oleh Patti Setia Rahayu
Support Mission WB untuk DGM-I ketiga telah berlangsung di Sumbawa, 7 hingga 11 Januari 2019. Agenda yang bertujuan untuk mengetahui potensi keberlanjutan manfaat dari proyek DGM-I, agar dapat terus dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan itu mengunjungi dua komunitas penerima manfaat program DGM-I di Sumbawa. Yaitu masyarakat adat Cek Bocek Selesk Rensury di Desa Lawin, Kecamatan Ropang, dan masyarakat adat Bakalewang Kanar di Desa Labuhan Badas, Kecamatan , Kabupaten Labuhan Badas.
Program DGM-I di Sumbawa dilaksanakan oleh AMAN Sumbawa bersama 7 komunitas, yaitu Cek Bocek Selesek Rensury, Bakalewang Kanar, Pusu, Pekasa, Usal Ponto Ai Padeng, Koweng Tatar, dan Pedukuhan Talonang. Program ini fokus mengupayakan kepastian penguasaan tanah dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari.
Perjalanan menuju Desa Lawin, Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa dilakukan pada hari kedua Support Mission. Berjarak kurang lebih 93 km dari kota Sumbawa Besar ditempuh dengan kendaraan roda empat, melewati gunung dan hutan serta padang savanna yang indah. Meskipun cuaca beberapa hari sebelumnya hujan, namun pada hari kunjungan lapang dilakukan, cuaca cerah dan kondisi jalan menuju Desa Lawin sangat menyenangkan.
Menjelang siang, tim tiba di Desa Lawin dan disambut upacara adat kalungan kain sebagai tanda penerimaan masyarakat adat, berikut doa agar kegiatan kunjungan diberkati kebaikan. Selanjutnya dengan didampingi komunitas dan tetua adat serta Kepala Desa, tim menuju Balai Adat, untuk kegiatan perkenalan dan diskusi.
Jasardi Gunawan dari AMAN Sumbawa memperkenalkan secara singkat dan menjelaskan tujuan kunjungan. Kepala Adat Datu Sukanda dan Kepala Desa Lawin Iwan Irawan menerima tim kunjungan dan memperkenalkan juru bicara masyarakat, yaitu Bapak Sarif yang akan menyampaikan kepada masyarakat dalam Bahasa daerah Berco dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan Inggris oleh penterjemah World Bank.
Datu Sukanda menjelaskan bahwa masyarakat adat Cek Bocek Reen Sury bagian dari suku Berco yang awalnya tinggal di Kebon Talo (Lar Uma Balik), namun dalam perkembangannya tanah di Kebon Talo tidak cocok untuk pertanian, sehingga mendorong masyarakat berpindah dan akhirnya menetap di Selesek bersama masyarakat Bajompang (masyarakat asli pantai selatan Pulau Sumbawa) pada awal abad 15. Karena kegigigihan perlawanan masyarakat adat melawan kolonial belanda, kampung Selesek berubah nama menjadi Lawin yang dalam bahasa daerah berarti perlawanan, sementara masyarakat adat nya disebut masyarakat adat Cek Bocek Selesek Rensury.
Bersama AMAN Sumbawa, masyarakat telah melakukan pemetaan partisipatif wilayah adat pada tahun 2010 dengan luas wilayah kurang lebih 29,000 hektar.
Lebih jauh Jasardi Gunawan menambahkan bahwa pada tahun 2011, pertambangan emas skala besar PT Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), diberikan ijin oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk eksplorasi di dalam wilayah adat masyarakat Cek Bocek. Kondisi ini dirasakan mengancam penghidupan masyarakat dan keseimbangan alam serta ekosistemnya. Konflik dengan kekerasan terjadi yang berujung pada penangkapan, intimidasi dan kriminalisasi. Secara khusus Komnas HAM ditahun 2015 menelaah kasus ini dalam proses National Inquiry, dan merekomendasikan kepada masyarakat adat untuk mengumpulkan semua bukti keberadaannya juga kepada Pemerintah untuk melakukan proses pengakuan dan remedi.
Tahun 2017, PT Aman Mineral Nusa Tenggara (PT. AMNT) mengakuisisi PT NNT, namun nampaknya masyarakat adat belum mendapatkan jawaban atas permasalahan kegiatan eksplorasi PT AMNT serta kepastian atas hak hak adatnya. AMAN Sumbawa bersama Masyarakat Adat Cek Bocek Selesek Rensury terus berupaya mendapatkan kepastian hak adat melalui pengajuan skema Hutan Adat.
Kunjungan di Desa Lawin ditutup dengan makan siang dengan menu khas Sumbawa yaitu sepat dan singgang, berupa ikan sepat yang dimasak dengan bumbu kuah santan dan terung bakar serta dimakan bersama nasi yang dihasilkan dari kebun dan sawah masyarakat.
Pada hari ketiga, setelah pertemuan dengan Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan KPHP unit IX Puncak Ngengas Batulanteh, Bapak Habibi, S.Hut perjalanan dilanjutkan menuju Desa Labuhan Badas untuk bertemu dengan Komunitas Bakalewang Kanar.
Perjalanan menuju Dusun Kanar, Desa Labuhan Badas berjarak sekitar 25 km ditempuh selama 30 menit dengan kendaraan roda empat menyusuri pantai utara pulau Sumbawa. Tepat jam 12, tim tiba di rumah Ketua Komunitas Adat, Bapak Usman.
Tim berdiskusi dengan masyarakat adat di kebun kelapa milik masyarakat adat Kanar. Bapak Usman menjelaskan bahwa saat ini sebagian besar masyarakat Kanar sedang di ladang merawat tanamannya maupun memulai menanam jagung, padi, kacang tanah, sawi dan kacang panjang, mengingat bulan Januari adalah musim hujan. Lahan kering masyarakat adat Kanar berdasarkan pemetaan tahun 2014 seluas kurang lebih 1000 Ha. Saat musim kemarau masyarakat beralih mata pencaharian dari petani menjadi penambang pasir sungai. Sesekali mengolah madu atau ikut menjadi nelayan. Saat ini masyarakat didera permasalahan kurangnya air untuk pertanian dalam 6 bulan musim kemarau.
Dengan dukungan DGM-I, pemetaan tata guna lahan yang menunjukkan wilayah adat dan penggunaannya. Pemetaan ini merupakan salah satu upaya kegiatan pengembangan penghidupan masyarakat selain bertani.
Para perempuan Kanar juga berharap dibantu untuk pengelolaan buah kelapa, mete dan asam. Selama ini ibu-ibu dan orang tua dalam kesehariannya mengerjakan anyaman bambu, selain membuat minyak Sumbawa yang dikenal untuk obat.
KPHP juga melihat potensi ekowisata yang dikelola oleh Masyarakat Adat Kanar di dalam KPH Batulanteh selain potensi ternak. Dukungan dari KPHP dapat disinergikan dengan adanya kelembagaan yang jelas serta kesepakatan kerjasama dengan pihak KPH.
Kunjungan kedua ini ditutup dengan minum air kelapa dan makan daging kelapa segar.
Secara khusus Jasardi Gunawan menyampaikan terima kasih atas kepercayaan DGM-I kepada AMAN Sumbawa melaksanakan proyek mendukung masyarakat adat dalam memperoleh kepastian hak mengelola sumber daya alamnya melalui tata guna lahan, dengan harapan manfaat berkelanjutan akan dirasakan setelah proyek selesai.
+ There are no comments
Add yours