Mama Aleta Fund : Dedikasi Untuk Perempuan Pembela Lingkungan

Aleta Kornelia Baun atau yang lebih dikenal sebagai Mama Aleta . Foto : Hari. S for SAMDHANA

Sore itu diantara keriuhan peluncuran Mama Aleta Fund (MAF) di Jakarta (11/03/2017), Mama Aleta menarik nafas lega. Penanda gundah hatinya sedikit berkurang. Berpuluh tahun perjuangannya melawan tambang tak sia-sia. Selain menghentikannya, ia juga menerima berbagai dukungan dari banyak pihak.

Berhasil menahan laju eksploitasi, tak membuatnya terlena. Ia ingin terus mendedikasikan hidupnya bagi perjuangan. Alih-alih menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Wanita berusia 51 tahun itu malah menghibahkan hadiah yang diterimanya dari Goldman Environmental Prize, tahun 2013. Jumlahnya tak sedikit, 150 ribu USD, atau sekira 2 miliar rupiah.

Niat itu, menggugah banyak pihak untuk turut menyumbang. Mama Aleta Fund (MAF) kemudian dibentuk, untuk mengelola dukungan para pihak. Sebuah inisiatif pengelolaan dana hibah yang di inkubasi samdhana.

Dana tersebut, diharapkan Mama Aleta dapat mendorong banyak perempuan menyelamatkan dan memulihkan alam. Agar masyarakat tak lagi menjual sumber daya alamnya. Tapi menjual karya sendiri seperti tenun, anyaman, atau produksi lain yang berkelanjutan.

MAF dapat digunakan untuk mendukung perjuangan masyarakat adat. Khususnya perempuan yang mempertahankan wilayah adat dan menolak pertambangan. Kelompok perempuan yang mendukung pengembangan dan penguatan generasi baru masyarakat adat.

Dana ini juga mendukung keberlanjutan pangan dan pengembangan ekonomi kreatif. Terutama penghidupan kaum perempuan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan kehidupan keluarga.

Terfokus pada Indonesia bagian Timur, khususnya NTT. Dukung yang diberikan MAF juga mendorong pertukaran pengalaman antar wilayah, untuk pembelajaran dan pengetahuan. Khususnya kepemimpinan perempuan adat.

MAF menerima dan mempertimbangkan usulan per musim, atau dua kali dalam setahun. Perorangan dan lembaga bisa merekomendasikan kandidat penerima MAF, sesuai urgensi masalah yang dihadapi (keterancaman) dan inisiasi yang diusung bukan berdasarkan project/program.

Penyaluran MAF, akan melalui persetujuan Aleta Baun. Beberapa pihak juga mendukung pengelolaan MAF dengan berperan sebagai dewan. Diantaranya Abdon Nababan (AMAN), Siti Maimunah (JATAM), Pantoro K (PIKUL),  Catharina Dwi H. (GEF-SGP), Nonete Royo (Samdhana Institute).

Perorangan dan lembaga juga dapat mendukung MAF melalui banyak cara. Tak hanya dukungan finansial, MAF juga menampung dan menyalurkan pengetahuan maupun keahlian. Menyebarkan inspirasi perjuangan Aleta Baun dan para perempuan pejuang di timur juga patut kami perhitungkan sebagai dukungan. Berkenankah anda turut mendukung?

Peluncuran awal MAF pada 11 Maret 2017 lalu di Ke:kini Ruang Bersama, Cikini dihadiri oleh kurang lebih 150 orang peserta. Acara diisi dengan diskusi interaktif bersama Noer Fauzi Rachman (Kantor Staf Kepresidenan), Nonette Royo (Samdhana Institute) dan Felia Chandra (Mahitala Universitas Padjajaran). Diskusi dipandu oleh Siti Maimunah dan membahas inisiasi MAF dan kontribusi yang diharapkan bagi alam dan masyarakat di Indonesia timur melalui program fellowship tokoh pejuang perempuan dan beasiswa Lulbas. Acara ini juga menghasilkan dana donasi sebesar 15 juta rupiah dari lelang lukisan karya Wijatnika Ika serta dukungan dana Yayasan KEHATI untuk peresmian Mama Aleta Fund.

Setelah diperkenalkan di Jakarta, MAF juga diresmikan di tanah kelahiran Mama Aleta yaitu dikawasan Nausus, Mollo, Timor Tengah Selatan pada 8-9 April 2017. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 200 orang yang mayoritas dari komunitas Mollo, Amanatun dan Amanuban. Kegiatan yang dilakukan antara lain prosesi ritual adat, longmarch napak tilas dari Nausus ke Naitapan, malam budaya, permainan tradisional, praktek belajar menenun dan sosialisasi Mama Aleta Fund.

Acara sosialisasi dibuka dengan pengantar Aleta Ba’un yang menjelaskan niatnya untuk mendedikasikan uang hadiah Goldman Prize Award untuk pembentukan Mama Aleta Fund sebagai alat bantu perjuangan masyarakat Indonesia Timur untuk melindungi alam dan sumber-sumber penghidupan. Dilanjutkan dengan pengantar pembicara yakni Nonette Royo (the Samdhana Institute), Noer Fauzi Rachman (Kantor Staf Kepresidenan) dan Torry Kuswardono (Yayasan PIKUL).

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours