Menemukan Ulap Doyo dan Keramik Bayat di “Meet The Makers 11”

Demonstrasi tenun ulap doyo pada gelaran Meet the Makers 11. (Meet the Makers Indonesia)


Tenun Ulap Doyo merupakan salah satu kekayaan budaya kalimantan, khususnya Dayak Benuaq. Tenun yang menjadi identitas suku Dayak sebagai warisan turun temurun. Tenun Ulap Doyo berbeda dengan tenun kalimantan lainya karena bahan dasarnya terbuat dari serat daun asli. Ulap sendiri berarti kain, sedangkan doyo merupakan nama daun yang sebagai bahan dasar pembuatan kain tersebut.

Daun Doyo kemudian dijadikan serat sambil dibilas dengan air, dijemur dan dijadikan ‘benang’ lalu ditenun. Doyo merupakan jenis tanaman liar yang tumbuh di hutan ataupun di ladang milk penduduk di Kutai Barat, Kalimantan Timur. Tanaman Doyo mirip dengan daun pandan tetapi berukuran lebih lebar, tanaman ini tumbuh di lahan-lahan pinggiran hutan dan ladang di wilayah Kutai Barat.

Tanaman doyo dan berbagai tumbuhan yang digunakan untuk pewarna alami, saat ini sulit untuk dicari akibat pembukaan dan konversi lahan untuk perkebunan dan pertambangan di Kutai Barat sejak tahun 1990an.  Doyo yang biasa tumbuh di ladang penduduk juga tak mudah ditemukan karena banyak petani beralih menjadi pekerja tambang dan perkebunan kelapa sawit.

Tenun Ulap Doyo hadir di Alun-alun Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta bersama 16 partisipan lainnya dalam acara “Meet The Makers 11”. Pada acara dengan tema “Regenerasi” pada 22 Oktober – 2 November lalu itu, tenun Ulap Doyo dihadirkan secara langsung bersama pengrajinnya dari Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Selain tenun “Meet The Makers 11” juga menghadirkan Keramik Bayat dari Desa Pagerjurang Meliakan Medi-Bayat Klaten Jawa Tengah. Sebuah desa yang telah lama dikenal sebagai sentra pengrajin keramik gerabah. Keunikannya menggunakan alat putar miring sebagai teknik pembuatan keramik.

Selama dua belas hari 16 pengrajin berkumpul untuk memamerkan dan memasarkan hasil kriya, sekaligus memperagakan cara pembuatannya dalam suasana keakraban secara langsung kepada pengunjung. Mereka adalah WIRU, Borneo Chic, PEKUNDEN Pottery, Brahma Tirta Sari, Indonesian Heritage Society, LAWE, Cinta Bumi Artisans, Omah Batik Sekar Turi, Gerai Nusantara, Marenggo Natural Dyes, SAVU, Komunitas Tenun Mama Aleta Baun – NTT, Batik Rifayahanawida / Art of Dyeing, Tafean Pah dan Keramik Bayat.

Meet The Makers 11 dibuka dan diluncurkan pada 22 Oktober 2016 dihadiri para undangan pecinta seni budaya di Indonesia, khususnya di Jakarta. Ada pameran foto dan produk kerajinan serta juga workshop & demo langsung dari para peserta. Para pengunjung dapat juga mencoba ikut merasakan sensasi cara membatik dan membuat keramik.

Sumber : ditulis dan diolah dari www.kompasiana.com, 29 Oktober 2016. www.republika.co.id, 29 Oktober 2016. www.bbc.com, 25 Desember 2015

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours