The 13th AWID Forum: Membangun Kekuatan Kolektif untuk Hak dan Keadilan Perempuan

Sidang pembukaan AWID Fotum 2016 di Brazil. (SAMDHANA/Neni)


Lebih dari 1800 partisipan dari 130 negara  menghadiri Forum AWID ke-13 di Bahia, Brazil. Event internasional selama empat hari (8-12 September 2016) tersebut mempertemukan para penggiat gerakan feminis dan hak-hak perempuan pendukung, dengan aliansi dari gerakan sosial lainnya. Sebuah forum untuk membangun pengalaman kolektif dan mencari cara baru bekerja bersama-sama. Peserta yang hadir dalam gelaran ini umumnya bekerja pada berbagai gerakan, termasuk perdamaian, keadilan ekonomi, lingkungan dan gerakan hak asasi manusia. Samdhana melalui Neni Rochaeni hadir dalam forum ini.

AWID adalah Asosiasi untuk Hak Perempuan dalam Pembangunan, sebuah organisasi keanggotaan feminis internasional yang berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender, pembangunan berkelanjutan, dan hak-hak asasi perempuan. Tema AWID forum 2016 adalah “Feminist Futures: Building Collective Power for Rights and Justice” (Masa depan Feminist: Membangun Kekuatan Kolektif untuk Hak dan Keadilan). Selengkapnya tentang AWID ada di www.awid.org

Keterwakilan kelompok marjinal cukup kuat dalam forum ini, mereka adalah aktivis feminis muda, perempuan berkulit hitam dan keturunan Afro, perempuan adat, pekerja sex, perempuan disabilitas, aktivis trans dan intersex, dan aktivis migran.

Ada sidang pleno pada awal pembukaan (8 September 2016), dilanjutkan dengan beberapa sesi paralel setelahnya. Dalam pembukaan pleno presiden AWID, Myra Cunningham (Nikaragua) berbicara tentang menyusutnya ruang untuk aktivis sosial di banyak negara dan menekankan sebagai feminis perlu berbagi tanggung jawab. None of us are free until all of us are free”.

Yara dari Mesir menekankan tantangan bagaimana perempuan bisa bergerak ditengah ruang yang menyusut. Menurutnya penjara adalah resiko, tapi tidak baik bagi aktivisme karena membuang-buang waktu.

Dalam sidang pleno pada hari kedua yang difokuskan pada pengalaman solidaritas dan perlawanan, Miriam Miranda -seorang wanita adat dari Honduras- berbicara tentang perjuangan masyarakat adat di Honduras melawan model pembangunan yang dijalankan di sana, yang menghancurkan tatanan sosial serta lingkungan mereka.  Miranda menyerukan agar gerakan perempuan bisa bersama-sama menyelamatkan planet ini dan menekankan bahwa perubahan iklim bukanlah fashion (gaya hidup), itu adalah bagaimana kita bertahan hidup (survival), dan kunci untuk melawan adalah saling melengkapi dengan gerakan sosial lainnya. Dia juga menyampaikan tentang ancaman fundamentalisme agama yang mengambil kendali dari pikiran orang dan menghancurkan kebudayaan asli mereka.

Forum AWID ke-13 adalah ruang dimana ide-ide dan pengalaman dari beragam suara dan gerakan akan bertemu. Tagline “Fora Temer” atau ‘jangan takut’ terus digemakan untuk penguatan hak-hak perempuan, agar keterlibatan gerakan feminis dalam penguatan perempuan, adat dan gerakan akar rumput semakin diakui.

Sumber: ditulis dan diolah dari laporan perjalanan Neni Rochaeni, September 2016, dan berbagai sumber (http://www.cawn.org/wp-content/uploads/2016/10/Awid-Forum-Report.pdf)

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours