Budidaya Lebah Madu untuk Petani dan Anggota Koperasi di Airnaningan

Fasilitator menjelaskan jenis lebah dan manfaatnya. Foto : YKWS

Sebagai salah satu upaya mewujudkan kemandirian ekonomi lokal masyarakat di Desa Airnaningan, Kecamatan Airnaningan, Kabupaten Tanggamus-Lampung. Koperasi Tirto Kencono bersama Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) memberikan pelatihan budidaya madu untuk 21 anggota Koperasi dan Kelompok Tani Margomulyo. Mereka adalah warga yang tinggal disekitar hutan rakyat Airnaningan yang menjadi peyangga kawasan resapan dan penyangga waduk Batutegi, sekaligus pelindung simber-sumber air disekitarnya.

Pelatihan pada 12 Juni 2015 tersebut dilakukan dalam rangka mendorong pemanfaatan sumber-sumber potensial lain seperti budidaya lebah madu, mengingat potensi sumber pakan lebah dan banyaknya lebah alam yang terdapat di areal kebun masyarakat. Selama ini masyarakat mengambil melakukan aktifitas menanam berbagai jenis tanaman kayu yang menghasilkan batang, getah dan buah seperti akasia, cempaka, karet, dan durian.Tujuannya tegakan yang ada di hutan rakyat Airnaningan tetap rapat dan variatif.

Kegiatan pelatihan budidaya lebah madu dilakukan pada tanggal 12 Juni 2015 di Koperasi Tirto Kencono dan dipandu Bapak Purwadi dan Bapak Darno, pelaku budidaya yang telah merasakan manfaat langsung. Peserta diajak memahami pemaparan teori dilanjutkan praktek. Mulai dari mengenali jenis-jenis lebah seperti dorsata (lebah hutan/gong), Cerana (lebah lalat) dan lebah propolis, sampai manfaat lebah dan madu.

Klasifikasi lebah berdasarkan tugas dan fungsinya. Pertama, lebah ratu dengan postur badan lebih besar dan sayap yang lebih pendek, dan tidak menyengat.
Kedua, lebah pekerja dengan postur tubuh lebih kecil dan sayap menutupi keseluruhan tubuh, mempunayi sengat namun hanya sengat hanya bisa digunakan sekali setelah itu lebah akan mati. Ketiga, lebah jantan tidak memiliki sengat yang bertugas mengawini ratu namun umur hidup lebih singkat, setelah mengawini ratu kemudian lebah jantan mati.

Lebah merupakan serangga sosial yang memiliki simbiosis mutualisme bagi tamanan yang diambil nektarnya. Selain itu, lebah juga bisa digunakan sebagai terapi pengobatan dengan memanfaatkan sengat lebah sebagai serum.
Sementara itu, manfaat madu adalah untuk kesehatan tubuh kita. Lilin dari madu dapat mengobati penyakit paru-paru dan larvanya bisa untuk terapi sakit maag.

Peserta juga mempraktekan bagaimana membuat stup, tempat sarang lebah dan bagaimana meletakkannya. Dalam pembuatan stup ditekankan jarak masing-masing frame dilebihin 2 cm supaya pada saat lebah keluar masuk sarang tidak saling bertabrakan dan membuat lebah lebih nyaman. Jenis lebah yang dipindahkan untuk dibudidayakan adalah lebah lokal (apis cerana) karena masih banyak di alam, di rongga-rongga batang pohon, di lubang-lubang tanah, dan kadang terdapat di rumah-rumah penduduk.
 Untuk satu stup bisa menghasilkan 0,8 kg madu dalam jangka waktu 24 hari.

Dari kegiatan yang telah dilakukan peserta telah mampu mempraktekan tata cara budidaya lebah madu. Sebagian peserta juga mampu membuat stup (tempat sarang lebah). Fasilitator Purwadi membuka peluang pemasaran madu melalui asosiasi petani budidaya madu dengan harga maksimal Rp.50.000/kgnya. Dari hasil bisnis plan yang dilakukan satu orang anggota dapat menerima Rp.240.000/bulan dari 5 stup yang dimiliki.
Keberlanjutan usaha budidaya madu berkait erat dengan komitmen masyarakat menjaga kelestarian ekosistem hutan, memastikan sehingga pakan lebah bisa tetap terjaga. Ketersediaan pakan yang baik akan menjaga kualitas madu yang dihasilkan, pada akhirnya ekonomi masyarakat juga meningkat.

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours