Pelatihan menulis bagi masyarakat dampingan Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatra Selatan (WBH Sumsel) dilakukan di Dusun 3 Pancuran, Desa Muara Merang, Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Pelatihan dilakukan WBH bersama Samdhana Institute di halaman rumah salah satu warga yaitu Bapak Sayuti, yang memang sering menjadi pusat kegiatan warga. Kegiatan ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Yaitu hari Rabu (12/3/2014) malam ba’da (setelah) magrib, dihadiri 10 warga, dan Kamis (13/3/2014) siang pukul 14.00 WIB. Persisnya setelah warga kembali dari aktivitas rutin seperti motong atau sadap karet di pagi hari. Hanya 5 warga yang datang pada pelatihan hari kedua.
Anggit Saranta dari Samdhana Institute membuka sesi pelatihan dengan membongkar mitos bahwa menulis itu sulit, mengajak peserta mengalahkan rasa takut dan keengganan (malas) menulis, serta mengajak peserta menulis tanpa beban. Dimulai dengan topik sederhana seperti menuliskan data-data diri, nama, usia dan aktivitas sehari-hari. Dilanjutkan dengan menuliskan cerita bagaimana akhirnya peserta tinggal di Dusun 3 Pancuran. Semua peserta umumnya pendatang karena dusun ini merupakan daerah bukaan baru setelah Hutan Desa Merang dilaunching pada tahun 2009. Terdapat 800 KK yang tinggal di dusun ini dan terbagi dalam 3 RT, yaitu RT 05, 06 dan 07. Tidak ada peserta yang tidak punya cerita sejarah perjalanan mereka dan keluarganya sampai menetap di dusun ini.
Peserta dibagi dalam dua kelompok diskusi, kelompok perencanaan dan kelompok pembangunan. Setelah berdiskusi kelompok diharapkan peserta mampu menuliskan hasil diskusi menjadi sebuah artikel berisi 3-5 paragraf. Kelompok perencanaan terdiri dari Ibu Sarmini, Ibu Muliana, Ibu Tika, Bapak Rohidin dan Prasetyo dari WBH. Menghasilkan beberapa tulisan seperti Masa depan Masyrakat Pancuran, Kekompakan di Desa Pancuran, Kondisi Pendidikan di Pancuran dan Kondisi Kesehatan Pancuran. Kelompok pembangunan terdiri dari Bapak Mujianta, Sahrul Gunawan, Rindah dan Henny dari WBH. Menghasilkan tulisan berupa protret profesi warga. Dalam diskusi kelompok, peserta diajak melihat lebih luas dari diri dan keluarganya. Yaitu melihat bagaimana dan apa yang terjadi di desa, permasalahan pendidikan, pelayanan kesehatan yang terjadi dan usulan solusi.
Pelatihan hari kedua membahas teknik-teknik menulis menggunakan dasar-dasar jurnalistik yang disesuaikan dan memungkinkan dikembangkan di masyarakat pedesaan. Disampaikan secara sederhana apa itu piramida terbalik dan rumus “5W1H”. Peserta juga dibantu membuat tulisan dengan teknik menjawab pertanyaan.
Pak Rohidin yang terlihat sangat aktif menunjukkan ketertarikan minatnya untuk mendalami kegiatan menulis ini. Menurutnya penting menghadirkan bahan bacaan untuknya dan warga lainnya.
“Jaman saya muda memang dulu suka nulis apa saja, tapi karena jarang membaca dan tidak ada bahan bacaan jadi susah untuk menulis lagi,” katanya.
Kemudian dari diskusi menemukan solusi bagaimana menghadiran ‘Rumah Baca’ di dusun ini akan membantu dia dan banyak warga menerima asupan informasi dari luar daerah. Akses kota terdekat yaitu ke Kota Jambi cukup jauh (3 jam), ditambah dusun ini belum masuk listrik.
Warga yang semula berkata, “saya tidak bisa menulis”, kaget karena di akhir pelatihan mereka berhasil menulis dua buah artikel. Perasaan senang dan tidak percaya meliputi para peserta. Potensi warga ini sudah sepatutnya terus dikembangkan. Dan kita semua dituntut untuk turut serta mendukung, demi terjadinya kemajuan desa pinggiran hutan yang lebih baik. (Rita Mustikasari-Maret 2014)
Tulisan serupa juga diunggah di blog EA Indonesia
+ There are no comments
Add yours