Bicara tentang sagu Sungai Tohor tidak banyak orang yang mengetahuinya, bahwa banyak produk yang bisa di olah dari sagu. Selain dijadikan sebagai makanan pokok, sagu juga bisa di jadikan makanan ringan seperti sagun kelapa, sagun telor, sagu mata atau mie sagu. Banyak produk olahan yang menjadi peluang usaha home industri untuk warga Sungai Tohor Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Meranti Propinsi Riau. Usaha yang dilakukan ini dapat menopang kebutuhan sehari-hari.
Sebut saja Ibu Kas (35), warga yang tinggal di Dusun Tua, Sungai Tohor ini memiliki usaha pengolahan sagu menjadi makanan ringan seperti sagun lemak, sagun telor dan sagun mata. Produk olahan sagunya dijual ke daerah sekitar Meranti, Tanjung Balai, Batam hingga ke Pekanbaru.
“Makanan ini bisa tahan sampai 2 bulan, per bungkusnya saya jual Rp. 1.600,” jelas Ibu Kas saat ditemui di rumahnya, Minggu (17/11/2013) siang.
Ibu Kas mengolah sagu menjadi makanan ringan bersama 9 anggota kelompok lainnya yang menamakan kelompok mereka Kelompok Mawar. Omset yang berhasil dicapai cukup lumayan, yaitu Rp. 1.500.000 per bulannya. Dari usaha sampingan ini Ibu Kas memiliki penghasilan bersih sebesar Rp 50.000 per hari.
Angka penghasilan tersebut dirasakan sangat membantu Ibu Kas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menambah penghasilan yang di peroleh suaminya sebagai buruh harian lepas. Dimana jika penghasilan mereka digabung cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti pendidikan, kesehatan hingga berbagai macam peralatan rumah tangga.
Tak berbeda dengan Ibu Kas, usaha lain sagu lainnya juga dilakukan Ibu Arbiah (40). Usaha mie sagu yang digelutinya mampu mengirimkan anak perempuannya kuliah di Pekanbaru. Dari usaha ini Arbiah mampu memproduksi mie sagu 800 Kg dalam satu bulan atau dengan bahan baku 100 Kg mampu memproduksi 400 bungkus lebih. Harga jual mie sagu berkisar Rp. 2.750 hingga Rp. 3000 tiap bungkusnya. Hasil mie sagu ini Arbiah berhasil menyisihkan keuntungan hingga Rp. 6.000.000.
“Lumayan untuk menutup kebutuhan rumah tangga, bisa sekolahkan anak sampai kuliah di Pekanbaru,” jelasnya.
Sayangnya potensi ini masih sulit dikembangkan karena terkendala urusan modal usaha dan bahan baku. Meski Sungai Tohor dikenal dengan produk sagu basahnya, hingga kini belum ada industri pengolah tepung sagu yang jadi bahan utama. Warga Sungai Tohor panen sagu dan mengolah menjadi sagu basah di 12 kilang yang ada. Tetapi mereka kembali membeli tepung sagu dari luar pulau untuk membuat olahan makanan sagu.
Apa yang di dapat dari penghasilan Ibu Kas dan Ibu Arbiah merupakan hasil kerja keras menangkap peluang hasil sagu di Sungai Tohor. Persoalan berikutnya perlunya pembinaan untuk menjaga kualitas produk dan pemasaran. Kelompok usaha seperti Mawar menjadi solusi untuk mengatasi kendala permodalan dan menjaga hasil produksi. (Syafrizal/Izul/Redo)
*Para penulis merupakan peserta kegiatan “Belajar Menulis Bersama” Samdhana-Walhi Riau, Minggu (17/11/2013) di Sungai Tohor
+ There are no comments
Add yours