Pelatihan Manajemen Konflik Kehutanan Bagi Penggiat Forum Hutan Wonosobo. Jogjakarta, 17-20 Oktober 2011

Dalam pengelolaan hutan, ragam konflik (potensi konflik) yang ada sangat bervariasi. Konflik bisa bersifat lokal dan hanya pada tataran personal (antar individu); tapi bisa juga meluas, intensitasnya tinggi, dan melibatkan banyak orang. Sumber daya hutan di Wonosobo sebagai common resourcestentu saja tidak luput dari adanya potensi konflik dalam pengelolaannya. Banyak pihak terlibat dan berkepentingan dengan sumber daya hutan yang ada di Wonosobo.

Untuk mengkoordinasikan kepentingan para pihak dalam pengelolaan hutan, di Wonosobo sudah ada Forum Hutan Wonosobo (FHW). Sebagai sebuah forum koordinasi multi pihak, sudah selayaknya para penggiat FHW mempunyai keterampilan dalam mengelola konflik.

Dalam pengelolaan hutan, ragam konflik (potensi konflik) yang ada sangat bervariasi. Konflik bisa bersifat lokal dan hanya pada tataran personal (antar individu); tapi bisa juga meluas, intensitasnya tinggi, dan melibatkan banyak orang. Sumber daya hutan di Wonosobo sebagai common resources tentu saja tidak luput dari adanya potensi konflik dalam pengelolaannya. Banyak pihak terlibat dan berkepentingan dengan sumber daya hutan yang ada di Wonosobo. Untuk mengkoordinasikan kepentingan para pihak dalam pengelolaan hutan, di Wonosobo sudah ada Forum Hutan Wonosobo (FHW). Sebagai sebuah forum koordinasi multipihak, sudah selayaknya para penggiat FHW mempunyai ketrampilan dalam mengelola konflik.

Untuk itu sebuah pelatihan diselenggarakan atas Kerjasama ARUPA dan Forum Hutan Wonosobo, didukung oleh tenaga fasilitator SAMDHANA Institute dan CIFOR, ditujukan untuk: meningkatkan kapasitas (pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan) penggiat FHW dalam hal manajemen konflik kehutanan. Sebanyak 24 orang peserta, terdiri dari 20 orang penggiat FHW (Pemda, DPRD, Perhutani, LSM, dan tokoh masyarakat) dan 4 orang relawan ARUPA ikut serta di dalam pelatihan. Diharapkan seusai pelatihan, peserta: memiliki kemampuan menganalisa konflik & potensi konflik yang ada, mampu memfasilitasi proses-proses manajemen dan/atau resolusi konflik, dan mampu memberikan pelatihan manajemen konflik bagi komunitas di lingkungan kerjanya.

Materi yang akan disampaikan dalam pelatihan meliputi: pemetaan konflik, analisa konflik, resolusi konflik, manajamen konflik, transformasi konflik, dan kelembagaan alternatif resolusi konflik, yang disadur dari The Social Analysis Systems (Chevalier, J.M., 2003). Alat analisis yang dipergunakan diantaranya:

  1. Pengantar tentang Konflik
  • Analisis harapan
  • Konstruksi social pemahaman konflik
  • Pengantar pemikiran tentang konflik (Definisi, akar, penanganan konflik, pendekatan/pilihan penyelesaian)
  1. Analisa konflik-1
  • Mengkonstruksi kasus
  • Pemetaan Konflik
  1. Analisa konflik-2
  • Ramifikasi peta konflik
  • Analisis Gaya Konflik
  1. Resolusi Konflik:
  • Analisis Skenario Ideal Diurai
  • Analisis Sekario Pilihan
  • Analisis Mengukur Dukungan
  1. Kelembagaan alternatif resolusi konflik

Melalui teknik  Radar Weebing, dilakukan pre dan post-evaluation terhadap kegiatan pelatihan, yang hasilnya amat impresif. Dari total peserta, sebesar 20% harapan terpenuhi seluruhnya, 35% melampaui harapan, dan sisanya 20% belum terpenuhi harapannya tetapi menyatakan kapasitasnya diatas kondisi awal sebelum pelatihan.  Output pelatihan, Forum Hutan Wonosobo, berencana memiliki Tim Adhoc  Penyelesaian Konflik Hutan di Kabupaten Wonosobo. [Gamal Pasya]

 

 

Cerita Lainnya

+ There are no comments

Add yours